widgeo.net

Senin, 12 Mei 2014

Tradisi Orang Di Jepang yang tak patut di tiru (Membuang ibunya di dalam hutan)

Banyak memberi, tak harap kembali, bagaikan surya menerangi dunia. Begitulah kutipan lyric lagu "Kasih Ibu" yang secara tepat menggambarkan bagaimana kasih ibu kepada anak-anaknya. Wajar bila kemuliaan seorang ibu dijunjung tinggi oleh hampir semua peradaban di dunia. Bahkan Nabi Muhammad SAW bersabda, surga berada di telapak kaki ibu.



Namun kehidupan yang bergegas dan pragmatis, lambat laun mengikis penghargaan seseorang kepada ibunya. Tidak jarang, demi pertimbangan praktis, seorang ibu yang tua renta dititipkan anaknya ke Panti Jompo. Sang anak hanya sesekali menengoknya. Padahal, tangan lembutnya dan belaian kasih sayangnya itu yang membuatnya bisa tetap hidup sejak usia bayi hingga menginjak dewasa.
Ternyata pula, tidak semua peradaban memuliakan ibunya. Contohnya di sebuah tempat di Jepang. Konon sejak dulu kala sudah ada tradisi "durhaka" tatkala seorang anak yang merasa direpotkan oleh ibunya yang tua renta membuangnya ke hutan.
Di negeri Dai Nippon itu ada cerita rakyat tentang Ubasuteyama yang berarti Gunung Pembuangan nenek. Cerita rakyat itu berdasarkan legenda mengenai tradisi membuang anggota keluarga berusia lanjut di gunung. Kisahnya mengenai anak laki-laki yang harus membuang orang tuanya yang sudah lanjut usia di gunung dengan alasan tradisi dan untuk mengurangi mulut yang harus diberi makan.
Legenda nenek tua Yamamba berasal tradisi membuang nenek di gunung. Yamamba dikisahkan suka memakan para pelancong setelah sebelumnya menyediakan tempat menginap dan makanan. Ibu dari Sakata Kintoki dalam cerita rakyat Kintarō diceritakan sebagai yamamba berparas cantik.
Berikut ini kisah seorang pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan, karena si Ibu telah lumpuh dan agak pikun. Si pemuda tampak bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya. Si Ibu yang kelihatan tak berdaya berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya lalu mematahkannya dan menaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui.
Sesampai di dalam hutan yang sangat lebat, si anak menurunkan sang Ibu dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha menahan sedih karena ternyata dia tidak menyangka tega melakukan perbuatan ini terhadap ibunya.
Justru si Ibu yang tampak tegar, dalam senyumnya dia berkata “Anakku, Ibu sangat menyayangimu. Sejak kau kecil sampai dewasa Ibu selalu merawatmu dengan segenap cintaku. Bahkan sampai hari ini rasa sayangku tidak berkurang sedikitpun. Tadi Ibu sudah menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut kau tersesat, ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai di rumah…”
Setelah mendengar kata-kata itu si anak menangis dengan sangat keras, kemudian langsung memeluk ibunya dan kembali menggendongnya untuk membawa si Ibu pulang ke rumah. Pemuda itu akhirnya merawat Ibu yang sangat mengasihinya sampai Ibunya meninggal.
Sepenggal kisah itu cukup menjelaskan, betapa cinta kasih ibu hanya memberi dan tak harap kembali, bagaikan surya menerangi dunia. Oleh karenanya, kasihilah kedua orang tuamu, terutama ibu, selagi beliau masih ada. Dan memang sangat masuk akal apa yang diucapkan Nabi Muhammad, surga ada di telapak kaki ibu. Maka bersimpuhlah kepadanya.

"sayangi ibumu kawan sebelum ibu tiada gak ada lagi yang canda , tawa , omelan , cerewet nya ibu mu"
I LOVE U MOM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar